Maf’ul Fih : Pengertian, Pembagian Beserta Contohnya

Posted on

Assalamu’alaikum sahabat muslim, nahwu shorof adalah cabang ilmu yang bertujuan untuk mendefinisikan kaidah atau aturan dalam berbahasa Arab. Salah satu pembahasan yang cukup penting adalah tentang maf’ul fih (keterangan tempat dan waktu), sebagai salah satu syarat terbentuknya kalimat sempurna yang mampu memberikan pemahaman pada pembacanya.Maf’ul Fih


Pengertian Maf’ul Fih

Pengertiannya adalah isim manshub (isim yang dinashabkan) yang menyatakan masa (dhorof zaman) atau tempat (dhorof makan) terjadinya sebuah kegiatan, peristiwa, perbuatan ataupun pekerjaan. Sederhananya, sebagai jawaban dari pertanyaan “di mana” dan “kapan”.

Baca Juga : Contoh Maf’ul Bih

Lalu yang menjadi pertanyaan apakah isim yang menunjukkan arti tempat atau waktu selalu dikategorikan sebagai dhorof? Jawabannya tidak, apabila ketiga syarat ini tidak terpenuhi:

  1. Mengandung kata kerja (fi’il) yang tidak tampak secara langsung
  2. Menunjukkan waktu atau tempat yang berkaitan dengan sebuah kejadian
  3. Harus manshub dengan amilnya (isim yang dijadikan dhorof tidak bisa dikatakan nashob begitu saja, harus ada amil yang memiliki keterkaitan makna).

Bagaimana jika tidak memenuhi syarat-syarat di atas? Statusnya hanya sebagai isim biasa yang mengandung arti tempat dan waktu tanpa terikat dengan suatu kejadian. Contohnya adalah “di rumah”, jelas berbeda maknanya dengan “Ibu sedang tidur di rumah”. Apakah sudah bisa dipahami?


Pembagian Maf’ul Fih

Nah seperti yang sudah dibahas sebelumnya, maf’ul fih dibagi menjadi dua yaitu dhorof zaman dan makan. Simak rinciannya di bawah ini!.

Baca Juga : Contoh Fa’il dan Pembagiannya


Dhorof Zaman


  • Dilihat dari Sisi Kandungan Makna

Dhorof zaman yang dilihat dari kandungan maknanya dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama yaitu zaman mubham, artinya adalah isim yang mempunyai kandungan makna umum, serta belum diketahui berapa lama periode dan masanya.

Contohnya adalah  أَمْضَي خَالِدٌ وَقْتًا طويلاً فِي طلبِ العِلْمِ ,yang artinya Kholid menghabiskan waktu lama dalam menempuh pendidikan. Kedua, yaitu zaman mukhtas atau ghoiru mubham (masa dan periodenya sudah jelas). Contohnya adalah أَنْتَظِرُكَ سَاعَةً تَحْتَ yang artinya aku akan menunggumu satu jam di bawah pohon sana.

Baca Juga : Contoh Maf’ul Ma’ah

Ketiga zaman musytaq yaitu isim dhorof zaman yang berwazan مَفْعِل / مَفْعَل dan menunjukkan tempat kejadian. Contohnya yaitu جَلَسْتُ مَجْلِسَ الضَيْفِ artinya aku duduk di waktu duduknya tamu.


  • Dhorof Zaman dari Sisi Penggunannya

Apabila dilihat dari sisi pengunaannya, dhorof zaman dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah zaman mutashorrif yang bisa berpindah ke lain i’rab sesuai dengan posisinya dalam sebuah kalimat. Entah itu maf’ul bih, fa’il atau mubtada’.

Contohnya yaitu يَمينُك أوسعُ من شِمالِكَ artinya adalah posisi kanan lebih luas dibandingkan dengan posisi kiri. Lafaz يَمينُك posisinya sebagai mubtada’ (awal kalimat).

Kedua adalah dhorof zaman ghoiru mutashorrif yang selalu setia dengan kenashobbannya dan tidak bisa di’irabi dengan yang lain di manapun posisinya. Kecuali apabila ada huruf jer, sehingga masuk dalam kategori syibhul dhorof atau syibhul jumlah jar majrur.

Contohnya yaitu ما خَدَعْتُ أحدًا قطٌ yang artinya aku tidak pernah menipu orang lain sama sekali sebelumnya. Lafaz قط maknanya adalah waktu lampau, namun terlebih dahulu didahului istifham, kalau sudah begini hukumnya adalah mabni dhommah dengan i’rab dhorof zaman. Sampai sini jelas kan?

Baca Juga : Tashrif Fi’il Madhi Lengkap dengan Artinya


Dhorof Makan (Tempat)

Sama dengan dhorof zaman, dhorof makan juga diklasifikan menjadi beberapa kategori, yaitu sebagai berikut:

a.   Dilihat dari Sisi Kandungan Makna

Dibagi menjadi dua yaitu mubham dan ghoiru mubham. Mubham adalah isim yang menunjukkan tempat, namun tidak menentu. Contohnya yaitu jarak (jauh, dekat) yang mana masing-masing orang mempunyai pemahaman yang berbeda, serta arah atau ukuran (tinggi, pendek dan lain-lain).

Kedua yaitu ghoiru mubham, yang sudah jelas menunjukkan tempat tertentu. Namun untuk penggunaannya dalam sebuah kalimat wajib didahului dengan huruf jar (في ). Kecuali lafaz مكة dan الشام karena sudah umum digunakan oleh penduduk Arab.

b.   Dilihat dari Sisi Penggunaan

Sama seperti sebelumnya, dilihat dari segi penggunaan dibagi menjadi dua yaitu mutashorif yang mana i’robnya berubah (menjadi mubtada’, khobar, fa’il). Kedua yaitu ghoiru mutashorrif yang selalu berada di posisi objek, kecuali jika dimasuki huruf jar.


Amil yang Membuatnya Menjadi Nashab

Setelah mengetahui pembagiannya secara rinci, selanjutnya sahabat muslim harus mengetahui amil (penyebab perubahan) apa saja yang membuat  dhorof menjadi nashob beserta contohnya:

  • Fi’il, contohnya adalah ذَهَبَ خَالدٌ يَوْمَ الجُمْعَةِ yang mana kata ذَهَب posisinya sebagai fi’il.
  • Mashdar, contohnya adalah السهرُ لَيلاً مُرْهِقٌ yang artinya begadang di waktu malam sungguh melelahkan, yang mana kata السهرُ merupakan mashdar.
  • Isim fa’il, contohnya adalah خالدٌ قَادِمٌ غدًا yang artinya Kholid akan datang besok. Kata خالد sebagai isim dan kata قَادِمٌ sebagai fa’il.
  • Isim maf’ul, contohnya adalah kalimat المدرسةُ مَفْتُوْحَةٌ صَبَاحًا وَمُغْلَقَةٌ مَسَاءً yang artinya sekolah itu dibuka pada pagi hari dan ditutup pada sore hari. Kata المدرسة sebagai isim dan kata sebagai مَفْتُوْحَةٌ maf’ul.

Baca Juga : Contoh Fi’il Madhi

Dari beberapa penjelasan tentang maf’ul fih atau yang dikenal dengan dhorof zaman dan makan di atas sahabat muslim diharapkan lebih paham mengenai susunan kalimat yang baik dan bisa menerapkan ilmunya ke dalam kehidupan sehari-hari. Maf’ul fiih sangat penting dipelajari, apalagi yang sedang menuntut ilmu di pesantren.

4.7/5 - (40 votes)