Mubtada Muakhor – Pengertian, Contoh, Jenis dan Penjelasan

Posted on

Mengupas tuntas mengenai ilmu nahwu memang sungguh asyik untuk dilakukan, terlebih jika ditemani segelas kopi sembari membaca buku maupun tulisan lainnya. Dalam ilmu nahwu ini terdapat sebuah istilah yang disebut dengan mubtada muakhor. Lalu apa bedanya dengan mubtada seperti definisi pada umumnya yang lebih diketahui?

Sebenarnya tak jauh berbeda dengan bahasan mubtada pada umumnya, hanya saja terdapat perbedaan-perbedaan yang akan dikupas tuntas berikut ini.mubtada muakhor


Pengertian Mubtada dan Khobar


  • Mubtada

Secara bahasa, mubtada memiliki arti ‘yang ada di permulaan’, sedangkan secara istilah dikenal sebagai setiap kata benda (isim) yang terletak di permulaan kalimat. Mubtada sendiri terdiri dari dua jenis, yakni mubtada shorih atau dikenal dengan mubtada yang jelas dan mubtada muawwal.

Baca Juga : Masdar Bahasa Arab, Pengertian, Contoh, dan Jenis-Jenisnya


  • Khobar

Khobar menurut kitab Jurumiyah merupakan isim yang di-rofa’-kan serta disandarkan pada mubtada dan terletak di permukaan jumlah. Untuk membentuk sebuah kalimat yang sempurna, maka khobar ini harus disandingkan dengan mubtada. Khobar menjadi kata yang menyempurnakan makna dari mubtada tersebut.

Karena khobar menjadi pemberita dari mubtada, maka khobar terletak setelah mubtada. Contoh yang bisa diambil adalah dari kalimat “Buku itu penting”. Kata ‘buku’ bertindak sebagai mubtada dan diberitakan oleh khobar dengan kata ‘penting’.


Apa Itu Khobar Muqoddam dan Mubtada Muakhor?

Secara bahasa, muakhor memiliki arti ‘yang diakhirkan’. Maka jika digandengkan dengan kata ‘mubtada’ maka akan memiliki ‘isim di awal yang diakhirkan’. Jika hanya dilihat dari segi bahasa saja mungkin sahabat muslim banyak yang bingung apa maksud dari mubtada tersebut.

Jika dari pengertian sebelumnya dipahami bahwa mubtada merupakan isim yang ada di awal kalimat, lalu mengapa ada kata ‘muakhor’ yang berarti diakhirkan. Tidak susah untuk memahami istilah tersebut karena kita bisa mengambil pengertian bahwa mubtada muakhor merupakan mubtada yang diletakkan di akhir kalimat.

Peletakan tersebut memang tidak biasa dari posisi asli mubtada tersebut, karena umumnya mubtada diletakkan di awal kalimat seperti namanya. Namun, tidak perlu heran karena memang ilmu nahwu mengatur kaidah peletakan posisi ini, jadi tidak disebut sebagai pelanggaran kaidah.

Baca Juga : Contoh Kalimat Isim Mufrad dalam Kehidupan Sehari-hari

Jika khobar merupakan penyempurna mubtada, maka penyempurna dari mubtada yang diakhirkan adalah khobar yang didahulukan (khobar muqoddam).


Syibhul Jumlah dan Isim Ma’rifat

Agar bisa mengubah susunan mubtada yang awalnya ada di awal menjadi ada di akhir kalimat maka terdapat syarat yang harus dipenuhi, yakni khobar haruslah berupa syibhul jumlah serta mubtada yang berupa ma’rifat. Lalu, apa itu syibhul jumlah?

Adapun yang disebut dengan syibhul jumlah adalah rangkaian kata yang memiliki makna tidak bisa berdiri sendiri. Dengan begitu, untuk menggunakan syibhul jumlah agar memiliki makna, maka dibutuhkan adanya kalimat lain yang digabungkan agar maknanya menjadi sempurna. Karena syibhul jumlah tidak memiliki kaidah yang sempurna, maka tidak bisa dikatakan sebagai jumlah.

Syibhul jumlah sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:


  • Syibhul Jumlah Jer Majrur

Susunan syibhul jumlah yang satu ini terdiri dari huruf jer dan isim. Isim yang terletak setelah huruf jer ini dibaca dengan harakat kasroh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebuah isim yang didahului dengan huruf jer ini maka memiliki akhir kata yang dibaca kasroh.

Baca Juga : Contoh Isim Mufrad dalam Bahasa Arab

Contoh:

على المكتبِ

Lafaz di atas terdiri dari isim mufrod  مكتبٌyang didahului dengan huruf jer على. Maka isim yang awalnya berharakat tanwin di akhir katanya menjadi berharakat kasroh karena didahului huruf jer.


  • Syibhul Jumlah Dhorof Majrur

Yang disebut dengan dhorof adalah suatu kata yang dapat menerangkan waktu (dhorof zaman) ataupun menerangkan tempat (dhorof makan). Susunan dhorof beserta isim inilah yang disebut juga dengan syibhul jumlah.

Contoh:

بَعْدَ الصُبْحِ             (setelah subuh) [zaman]

اَمَامَ الْفَصْلِ             (di depan kelas) [makan]

Baca Juga : Mengenal Mufrodat dan Jenis-Jenis Kata

Selain syibhul jumlah, mubtada juga harus ma’rifat agar bisa menjadi susunan khobar muqoddam dan mubtada muakhor. Adapun yang disebut dengan isim ma’rifat adalah isim yang menunjukkan benda secara spesifik. Contohnya adalah kata ‘rumah itu’ yang spesifik menunjukkan rumah mana yang dituju. Hal ini berbeda dengan jika menyebut hanya ‘rumah’, tentu masih bersifat umum dan belum spesifik.


Contoh Penukaran Posisi Mubtada dan Khobar

Setelah memenuhi syarat-syarat yang telah dijelaskan sebelumnya, maka sahabat muslim sudah bisa menyusun mubtada dan khobar yang ditukar posisi.

Contoh:

زَيْدٌ فِي الْفَصْلِ         (Zaid di dalam kelas)

Lafaz زَيْدٌ merupakan isim ma’rifat yang berlaku sebagai mubtada, sedangkan lafaz فِي الْفَصْلِ merupakan syibhul jumlah jer majrur yang bertindak sebagai khobar. Maka kalimat tersebut sudah memenuhi syarat untuk diubah menjadi khobbar muqoddam dan pasangannya, menjadi:

Baca Juga : Definisi Jumlah Mufidah serta Pembagiannya Lengkap

فِي الْفَصْلِ زَيْدٌ         (Di dalam kelas ada Zaid)

Pengertian di atas sangat mudah untuk dipahami asalkan sahabat muslim sekalian sudah paham terlebih dahulu mengenai apa itu khobar dan mubtada. Sahabat muslim bisa mencoba dengan contoh kalimat-kalimat lain agar lebih paham mengenai definisi dan penerapan khobar muqoddam dalam bahasa Arab.

4.7/5 - (69 votes)