Setelah mempelajari fa’il, sahabat muslim akan mempelajari yang namanya naibul fa’il sebagai pelengkapnya. Materi ini dianggap mudah dipahami karena memang masih termasuk materi awal dalam mempelajari bahasa Arab.
Table of Contents
Pengertian Naibul Fa’il
Secara bahasa naib (نَائِبٌ) memiliki arti ‘pengganti’, sedangkan kata fa’il (فَاعِلٌ) memiliki arti ‘pelaku’. Jika dirangkai, naibul fa’il memiliki arti pengganti pelaku.
Secara istilah dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan naibul fa’il adalah isim marfu yang didahului dengan fi’il majhul atau syibhul majhul serta menempati tempatnya fa’il setelah membuang fa’il tersebut.
Baca Juga : Kajian Naibul Fa’il, Pengertian, Contoh, dan Hukum-Hukumnya
Contoh:
الْكَلْبُ يُضْرَبُ (anjing tersebut sedang / akan dipukul)
الْكَلْبُ ضُرِبَ (anjing tersebut sudah dipukul)
Lafaz الْكَلْبُ di atas merupakan naibul marfu yang memiliki tanda rofa’ berupa dhammah. Sedangkan lafaz يُضْرَبُ dan ضُرِبَ merupakan fi’il majhul. Lalu, apa itu syibhul majhul?
Syibhul majhul memiliki arti ‘menyerupai kata kerja pasif’. Syibhul majhul sendiri terbagi menjadi dua bagian, yakni isim maf’ul dan isim yang bergandengan dengan ya nisbah. Naibul fa’il yang dimiliki keduanya seperti fi’il majhul.
Contoh:
خُلُقُهُ مَحْمُودْ هُوَ (dia terpuji akhlaknya)
اُمُّهُ اِنْدُوْنِيْشِيُّ هُوَ (dia keturunan Indonesia ibunya)
Lafaz مَحْمُودْ merupakan isim maf’ul atau syibhul majhul, sedangkan lafaz خُلُقُهُ merupakan naibul fa’il-nya. Lafaz اِنْدُوْنِيْشِيُّ merupakan isim mansub (isim yang menunjukkan arti keturunan) / isim yang bergandengan dengan ya nisbah, sedangkan lafaz اُمُّهُ merupakan naibul fa’il-nya.
Baca Juga ; Kupas Tuntas Khobar Muqoddam dan Mubtada Muakhor
Ketentuan Naibul Fa’il
Pembentuk Naibul Fa’il
- Masdar
Contoh: النَّهْرِ غُسْلُ فِي يُغْتَسَلُ (dimandikan di sungai)
Lafaz اِغْتِسَلٌ merupakan masdar dan menjadi naibul fa’il dari lafaz اُغْتُسِلَ.
- Jer majrur
Contoh: بِهِ فُرِحَ (dia digembirakan)
Lafaz بِهِ merupakan isim majrur yang menjadi naibul fa’il dari lafaz فُرِحَ.
- Zoraf
Contoh: كَامِلُ يَوْمُ سِيْرَ (dijalani sehari penuh)
Lafaz يَوْمٌ merupakan zoraf yang menjadi naibul fa’il.
- Maf’ul bih
Contoh: كَلْبُ ضُرِبَ (anjing dipukul)
Lafaz الْكَلْبُ merupakan maf’ul bih dalam kalimat aktif serta manshub kemudian setelah dimajhul menjadi naibul fa’il serta marfu.
Fi’il Mudhori’ beserta Naibul Fa’il-nya
Untuk membuat majhul (bentuk pasif) fi’il mudhori’ caranya adalah dengan membuat huruf pertama berharakat dhammah serta membuat huruf kedua sebelum terakhir menjadi harakat fathah.
Baca Juga : Masdar Bahasa Arab, Pengertian, Contoh, dan Jenis-Jenisnya
Contoh:
- Bentuk aktif الْمَوْزَ كُلُوْنَ يَاْ هُمْ setelah dibuat majhul menjadi الْمَوْزُ يُؤْ كَلُ (pisang dimakan).
- Bentuk aktif الْقَهْوَةَ يَشْرَبُ اَبِىْ setelah dibuat majhul menjadi الْقَهْوَةُ تُشْرَبُ (kopi diminum).
Fi’il Madhi dan Naibul Fa’il-nya
Untuk membuat majhul fi’il madhi caranya adalah dengan membuat huruf pertama menjadi berharakat dhammah serta membuat huruf kedua sebelum terakhir menjadi berharakat kasroh.
Contoh:
- Bentuk aktif الْعَدُوَّ قَاتَلْنَا setelah dibuat majhul menjadi الْعَدُوُّ قُوْتِلَ (musuh diperangi).
- Bentuk aktif الْمِمْحَاةَ نَا اَخَذْ setelah dibuat majhul menjadi اْلمِمْحَاةُتِ اُخِذَ (stip diambil).
Hukum-Hukum Naibul Fa’il
Hukum mengenai naibul fa’il di antaranya adalah:
- Harus dibaca rofa’
- Di mana ada fi’il majhul diharuskan terdapat naibul fa’il-nya.
- Harus terletak sesudah fi’il, yakni apabila isim yang mendahuluinya maka berupa dhomir.
- Meski naibul fa’ilnya merupakan bentuk mutsanna (dua), fi’il harus dalam bentuk tunggal (mufrod).
- Fi’il harus dibuat ta’nits jika naibul fa’il-nya merupakan muannats.
- Fi’il boleh dibuang namun naibul fa’il-nya tetap.
Pembagian Naibul Fa’il
-
Isim Dhohir
Contoh:
اُخِذَالْقَلَمَانِ (dua pensil diambil)
لمُدِرِّسَاتُ جُمِعَتِ (guru-guru dikumpulkan)
اْلمَاءُ شُرٍبَ (air sudah diminum)
Baca Juga : Contoh Kalimat Isim Mufrad dalam Kehidupan Sehari-hari
-
Isim Dhomir
- Contoh isim dhomir mufrod ghaib dan ghaibah:
اَلْقَهْوَةُ شُرِبَتْ (kopi telah diminum)
يُؤْكَلُ السَّمَكُ (ikan dimakan)
- Contoh naibul fa’il isim dhomir ghaib mutsanna:
نَصَرْنَاهُمَا [aktif] نُصِرَا [pasif] (mereka berdua ditolong)
نَدْعُوْهُمَا [aktif] يُدْعَيَانِ [pasif] (mereka berdua dipanggil)
- Contoh naibul fa’il dhomir mukhathob:
اَنْتَظِرُكَ [aktif] اُنْتُظِرْتَ [pasif] (kamu [lk.] ditunggu)
نَخْطُبُكُمَا نَحْنُ [aktif] تُخْطَبَانِ [pasif] (kamu berdua dipinang)
اَلْاُسْتَاذُيُعَلِمُكُمْ [aktif] تُعَلَّمُوْنَ [pasif] (kamu semua diajar)
- Contoh naibul fa’il dhomir mutakallim:
يُبْغِضُنِىْ اَبِى [aktif] ُبْغَضُ [pasif] (saya akan dimarahi)
اَغْضَبَنَا اَلْوَالِدَانِ [aktif] اُغْضَبْنَا [pasif] (kami sudah dimarahi)
-
Masdar Muawwal
Contoh:
تَذْهَبَ اَنْ يُخْشَى (dikhawatirkan kamu pergi)
Kalimat di atas memiliki taqdir ذِهَابُكَ يُخْشَ (dikhawatirkan kepergianmu)
حَاضِرُ اَنَّكَ يُرْجَى (diharapkan kamu hadir)
Kalimat di atas memiliki taqdir حُضُوْرُكَ يُرْجَى (diharapkan kehadiranmu)
Tujuan Membuang Fa’il
Dalam bait Alfiyah Ibnu Malik disebutkan:
يَنُوْبُ مَفْعُوْلٌ بِهِ عَنْ فَاعِلِ * فِيْمَا لَهُ كَنِيْلَ خَيْرُ نِائِلِ
Artinya: Maf’ul bih mengganti pada fa’il (setelah membuangnya) di dalam seluruh hukum yang dimiliki fa’il, seperti lafaz نِيْلَ خَيْرُ نِائِلِ.
Baca Juga : Contoh Isim Mufrad dalam Bahasa Arab
Tujuan Lafaz
Tujuan membuang fa’il dalam lafaz di antaranya:
- Menyamakan sajak (lissajak)
Contoh:
مَنْ طَابَتْ سَرِيْرَتُهُ حُمِدَتْ سِيْرَتُهُ
(Orang yang baik hatinya maka terpuji perbuatannya)
- Meringkas kalam (lil’ijaz)
Contoh:
فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ
(Kemudian mereka menyiksa dengan sesamanya siksa yang disiksakan padamu semua)
Tujuan Makna
Tujuan membuang fa’il dalam makna di antaranya:
- Sebab telah diketahui (lil’ilmi)
Contoh:
خُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيْفًا
(Manusia diciptakan dalam keadaan lemah)
Lafaz اللهsebagai fa’il dibuang karena sudah diketahui bahwa yang menciptakan makhluk ialah Allah SWT.
- Sebab tidak diketahui (liljahli)
Contoh:
سُرِقَ مَلِي
(Hartaku telah dicuri)
Baca Juga : Definisi Jumlah Mufidah serta Pembagiannya Lengkap
Penjelasan naibul fa’il di atas bisa dipelajari terlebih dahulu karena merupakan pokok inti saat mempelajari bab tersebut. Dari mulai arti, ketentuan hingga tujuan membuang fa’il yang bisa sahabat muslim pelajari sebagai awal pembelajaran.