Bagi Sahabat yang pernah nonton film “Delisa”, pasti tahu bahwa sebenarnya film tersebut diangkat dari novel karya Tere Liye. Resensi novel Hafalan Shalat Delisa, juga banyak dibuat karena ternyata cerita panjang ini kaya hal menarik dan bisa dipetik dari tokoh hingga alur ceritanya.
Table of Contents
Sinopsis Novel Hafalan Shalat Delisa
Novel ini bercerita tentang jalan hidup anak asal Aceh bernama Delisa berusia, tinggal di Lhok Nga dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pertama, Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisah, dan Delisa.
Ayahnya yang biasa dipanggil Abi merupakan pekerja tambang minyak, sehingga untuk berkumpul dengan keluarga hanya sekali enam bulan. Alhasil empat bersaudara ini tinggal bersama umi mereka, di rumah yang dibangun pada pesisir pantai Lhoknga.
Delisa, mendapatkan tugas hafalan bacaan shalat dari guru di sekolahnya. Setiap hari dia selalu berusaha menghafal supaya bisa mendapatkan nilai terbaik. Ditambah pula, sang umi menjanjikan hadiah jika dia berhasil menghafal dengan benar.
Pada tanggal 24 Desember 2004, tibalah saatnya anak berkarakter manja tersebut menyetor hafalan shalat kepada guru. Saat sedang membaca hafalan, gempa 8,9 SR datang namun Delisa tetap mencoba menyelesaikan hafalannya.
Sayang, saat sujud pertama ternyata tsunami menyerang dan Delisa tersapu ombak besar tersebut.
Gadis enam tahun tersebut ditemukan hidup, sedangkan umi dan ketiga kakaknya meninggal pada saat bencana gempa dan tsunami terjadi.
Adalah prajurit bernama Smith yang menemukannya saat melakukan evakuasi korban tsunami dan gempa. Delisa dirawat di rumah sakit dan memberikan banyak inspirasi kepada orang disekitarnya.
Termasuk Smith yang akhirnya menjadi muaalaf setelah mengenal Delisa dan ketangguhannya, apalagi saat menerima kenyataan bahwa kakinya harus diamputasi. Hal tersebut tidak membuatnya frustasi namun mencoba menerima dengan lapang dada.
Beberapa bulan setelah itu, Delisa dipertemukan dengan Abinya yang sudah berupaya mencarinya dan anggota keluarga lain. Mereka diberikan kesempatan untuk berkumpul bersama kembali, menata hidup yang sudah tidak lagi sama akibat kehilangan umi dan saudara lainnya.
Setelah beberapa saat memulai hidup baru, Delisa kembali ke sekolah dan ingat kebali soal hafalannya yang belum selesai. Dia berupaya untuk mengingat hafalan tersebut, agar bisa menuntaskannya.
Di akhir cerita, Delisa sempat bermimpi bertemu dengan uminya dan memintanya untuk menuntaska hafalan supaya bisa mendapatkan hadiah berupa liontin. Diapun berupaya melakukannya dan berhasil.
Beberapa waktu setelah itu, Delisa menemukan tangan manusia yang sedang menggenggam liontin mirip dengan hadiah yang akan diberikan oleh sang umi. Ternyata tubuh manusia yang sudah tinggal tulang belulang itu adalah uminya.
Profil Novel
Berikut ini profil singkat dan identitas dari novel yang terbit perdana di tahun 2008 ini. Sederet nama besar muncul, dalam identitas dari buku yang ternyata sudah memiliki enam cetakan ini.
- Judul Novel : Hafalan Shalat Delisa
- Penulis : Tere Liye
- Desain Cover : Eja-creative|4
- Jumlah Halaman : 266 Halaman
- Ukuran Buku :20,5 cm x 13,5 cm
- Tempat Diterbitkan : Jakarta
- Penerbit : Republika
- Sutradara : Sony Gaoksak
- Produser : Chand Parwez Servia
Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik
Secara umum setiap novel memiliki unsur yang masuk kategori ekstrinsik dan intrinsik, begitu juga dengan yang satu ini. Melalui Resensi novel Hafalan Shalat Delisa, Anda bisa lihat apa-apa saja unsur pentingnya.
- Unsur Ekstrinsik
Yang dimaksud unsur ekstrinsik adalah, unsur yang berasal dari luar namun ikut dalam upaya membangun jalan cerita. Diantaranya adalah:
- Budaya
Sebuah budaya memberikan kalung, yang diterapkan Ummi Salamah jika anak-anaknya berhasil hafal bacaan shalat.
- Agama
Nilai agama Islam yang ada dalam novel ini sangat kental, terutama soal shalat yang selalu diingatkan oleh Umi Salamah kepada anak-anaknya. Termasuk kemampuan membaca Al-quran, buktinya Delisa dan ketiga saudaranya belajar di TPA di dekat tempat mereka tinggal.
- Moral
Pelajaran moral yang ada dalam novel ini adalah, bagaimana sopan santun yang diajarkan sejak kecil kepada anak-anak. Kemudian menjadi kebiasaan, yang diterapkan dimanapun mereka berada dan dengan siapapun berinteraksi.
- Sosial
Bagaimana upaya semua orang bergotong royong mencari korban-korban gempa dan tsunami secara bersama-sama. Begitu juga dengan kondisi sosial, dimana seorang ibu mengajarkan banyak hal kepada anak-anak tentang bagaimana bersosialisasi dengan orang lain.
- Unsur Intrinsik
Unsur ini, langsung masuk dalam alur cerita dan memberikan pengaruh signifikan. Diantaranya adalah:
- Tema
Tegarnya anak yang menjadi korban bencana dahsyat, tetap ingat Allah SWT dan sabar degan semua cobaan.
- Tokoh
Ada tokoh Delisa dikenal sebagai sosok yang sangat penyayang, tidak mudah putus asa, dan sangat manja karena dia adalah bungsu dari empat bersaudara.
Ada lagi Tokoh Umi Salamah, sebagai sosok yang sangt bijaksana, penyayang, sabar, dan juga rendah hati dan masih banyak tokoh lainnya.
- Alur
Menggunakan alur maju, mundur, kemudian maju lagi. Dilihat dari jalan cerita di awal yang maju hingga bencana terjadi, kemudian mundur ketika Delisa mengingat kenangan bersama keluarga.
Lalu maju lagi dengan keyakinan Delisa bisa hafal lagi bacaan shalat, akhirnya dia juga menemukan kalung hadiah dari sang umi. Yang masih digenggam ibu kandungnya tersebut walaupun kondisi sang ibu sudah meninggal dan tinggal tulang belulang saja.
- Latar yang Digunakan
Ada beberapa latar digunakan dalam novel ini. Mulai dari latar tempat di kawasan Lhoknga, Aceh. Kemudian ada kamar rawat, ketika Delisa dalam proses perawatan usai ditemukan sebagai korban bencana.
Setiap novel memiliki resensinya sendiri, seperti Resensi novel Hafalan Shalat Delisa. Dilihat dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa novel ini sangat kental usnur agama dan banyak nilai moral dan sosial di dalamnya.
Baca Juga :