Hai sahabat muslim! Bagaimana kabar kalian semua? Semoga selalu sehat dan selalu ada di dalam lindungan-Nya. Sahabat muslim, dalam pembahasan kali ini kami akan menjelaskan mengenai haal. Di dalam materi haal, ada dua istilah yang perlu sahabat muslim semua ketahui yaitu haal dan sohibul haal. Simak penjelasan dari kami mengenai materi ini sampai akhir ya, sahabat muslim!
Table of Contents
Pengertian Haal dan Sohibul Haal
Haal merupakan fadhlah, yaitu sifat yang menyatakan kondisi baik sesuatu maupun seseorang ketika suatu perbuatan terjadi. Haal adalah isim manshub yang digunakan untuk dapat menjelaskan keterangan suasana yang samar dan suasana fa’il.
Baca Juga : Pengertian Maf’ul Liajlih
Sebagai contoh, pada firman Allah SWT yang tercantum di Al-Qur’an pada Q.S. Al-Qashash ayat 21, “فَخَرَجَمِنْهَا خَائِفًا” yang memiliki arti “maka keluarlah Musa dari kota tersebut (Mesir) dengan rasa takut”. Lafaz خَٰائِفًا memiliki kedudukan sebagai haal dari lafaz خَرَجَ di mana dalam kalimat tersebut menjelaskan suasana saat masa keluarnya Nabi Musa AS dari Mesir.
Adapun sohibul haal adalah sesuatu atau seseorang yang dijelaskan atau diperkuat kondisinya oleh haal. Sohibul haal dapat berkedudukan sebagai fa’il, mubtada, maf’ul bih, mudhof ilaih, naibul fail, ataupun lainnya. Berikut akan kami lampirkan beberapa contoh beberapa kedudukan yang berfungsi sebagai sohibul haal:
-
Fa’il Berfungsi sebagai Sohibul Haal
جَاءَ خَالدٌ رَاكِبًا الخَيْلَ
Yang berarti: Khalid datang dalam kondisi menunggang kuda. Dalam kalimat tersebut, lafaz رَاكِبًا digunakan untuk dapat menjelaskan kondisi Khalid yang berfungsi sebagai sohibul haal Ketika Khalid datang. Kedudukan Khalid (خَالدٌ) dalam kalimat tersebut adalah sebagai fa’il
Baca Juga : Pengertian Maf’ul Mutlaq
-
Maf’ul Bih Berfungsi sebagai Sohibul Haal
رَأيْتُ الطِفْلَ بَاكِيًا
Yang berarti: Aku melihat anak itu dalam kondisi menangis. Dalam kalimat tersebut, lafaz بَاكِيًا digunakan untuk dapat menjelaskan kondisi seorang anak yang berfungsi sebagai sohibul haal Ketika sang “aku” melihat anak tersebut. Kedudukan الطِفْلَ dalam kalimat tersebut adalah sebagai maf’ul bih
-
Mudhof Ilaih Berfungsi sebagai Sohibul Haal
تَمَتَعْتُ بِجَمَالِ الحَدِيْقَةِ واسعةً
Yang berarti: Aku senang dengan keindahan taman (di mana taman itu luas). Dalam kalimat tersebut, lafaz واسعةً digunakan untuk dapat menjelaskan kondisi taman yang berfungsi sebagai sohibul haal. Kedudukan الحَدِيْقَةِ dalam kalimat tersebut adalah sebagai mudhaf ilaih.
Dalam penggunaannya, satu sohibul haal dapat memiliki beberapa buah haal. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi untuk kondisi tersebut. Syaratnya yaitu adalah makna dari beberapa haal tersebut tidak bertolak belakang atau kontradiksi dan juga tidak menggunakan wawu ‘athaf.
Baca Juga : Pengertian Maf’ul Fih
Hal yang sama pun berlaku pada satu haal yang digunakan oleh beberapa sohibul haal, dengan syarat bahwa di dalam kalimat tersebut mengandung petunjuk secara lafaz di mana dalam bahasa Arab, penggunaan lafaz untuk satu orang berbeda dengan dua orang, dan tiga orang atau lebih.
Fungsi Haal
Ada beberapa fungsi yang dimiliki oleh haal, di antaranya adalah:
-
Untuk Memperkuat
Fungsi dari haal yang pertama adalah untuk memperkuat, di mana keberadaan haal tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap makna dari kalimat secara keseluruhan.
-
Untuk Memperjelas
Haal dapat digunakan untuk menjelaskan atau memperjelas kondisi dari sohibul haal. Saat haal berfungsi sebagai penjelas, keberadaan dari haal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap munculnya makna kalimat baru. Di mana jika terdapat dua kalimat, satu kalimat memiliki haal sedangkan yang lainnya tidak, makna dari kedua kalimat tersebut akan menjadi berbeda.
Baca Juga : Contoh Maf’ul Bih
Syarat Haal
Untuk dapat dikatakan dan dikategorikan sebagai haal, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
- Kebanyakan haal memiliki format musytaq atau terbentuk dari tafsir (pergantian bentuk), di mana berakar dari mashdar
- Haal hanya terbentuk jika nakirah. Jika terdapat suatu haal dengan lafaz ma’rifat, lafaz tersebut harus diubah atau di-takwil-kan dengan lafaz nakirah
- Syarat terbentuknya haal selanjutnya adalah kalimat tersebut sudah sempurna, di mana lafaz haal tidak termasuk di antara kedua unsur lafaz jumlah dan juga tidak berada pada kalimat yang tidak memerlukan haal
- Sahnya keberadaan haal dari sohibul haalnya yang nakirah ditandai dengan adanya huruf nafi yang mendahului haal tersebut
‘Amil Haal
Haal dinashabkan oleh ‘amil dan tidak ber’irab dengan sendirinya, di mana ‘amil-‘amil tersebut adalah:
‘Amil Haqiqi
‘Amil haqiqi ini pun juga selanjutnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Fi’il (mudhari’, madhi, dan ‘amr)
- Isim mustaq (isim fa’il, isim maf’ul, shigh mubalaghah, dan sifat musyabahah)
Baca Juga : Contoh Maf’ul Ma’ah
‘Amil Maknawi
Selanjutnya, ‘amil maknawi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Isim istifham
- Isim isyarah
- Isim fi’il ‘amr
- Perangkat tamanni
Baca Juga : Tashrif Fi’il Madhi Lengkap dengan Artinya
Begitulah penjelasan mengenai haal. Semoga dengan adanya pembahasan kali ini, sahabat muslim semua dapat menambah pengetahuan dan juga meningkatkan rasa ingin tahu dan ingin belajar akan bahasa Arab dan pada akhirnya fasih dalam menggunakan bahasa Arab. Sampai jumpa di pembahasan lainnya ya, sahabat muslim!