Ketika membuat suatu kalimat tentu akan membutuhkan kata sambung. Dalam bahasa Indonesia, kata sambung berguna untuk beberapa pokok kalimat menjadi satu kalimat. Penting sekali bagi sahabat muslim semua untuk mempelajari kata ganti penghubung atau isim maushul. Hal tersebut dikarenakan penggunaan kata ganti dalam bahasa Arab memiliki ketentuan tersendiri.
Table of Contents
Pengertian Isim Maushul
Isim maushul merupakan salah satu jenis isim yang berarti kata ganti penghubung dan berguna untuk menghubungkan beberapa kalimat. Dengan menggunakan maushul, dapat menjadikan sejumlah kalimat menjadi satu kalimat yang maknanya sempurna. Maushul juga sering disebut sebagai isim mubham (samar).
Baca Juga : Contoh Isim Isyaroh
Isim ini membutuhkan sebuah kalimat penjelas atau biasa dikenal dengan shilah maushul. Adanya shilah maushul membuat makna suatu kalimat menjadi lebih jelas dan sempurna. Sama halnya dengan bahasa Indonesia, suatu kalimat akan menjadi lebih jelas jika dilengkapi oleh kata sambung dengan kalimat selanjutnya.
Pengertian shilah maushul adalah kalimat setelah kata penghubung atau biasa disebut dengan anak kalimat. Oleh karena itu, shilah yang ada pada maushul wajib memiliki dhomir. Terjemahan isim maushul dalam bahasa Indonesia adalah “yang”. Sedangkan dalam bahasa Arab, maushul dikenal dengan kata “الَّذِيْ”.
Perhatikan contoh berikut:
…..مَنْ الَّذِي
Terjemahan contoh kalimat tersebut adalah “siapa yang…”. Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat tersebut yaitu الَّذِيْ (yang). Akan tetapi, contoh kalimat tersebut belum bisa dikatakan sebagai kalimat yang sempurna. Hal tersebut dikarenakan belum terdapat shilah maushul setelah kata penghubung.
Pasalnya isim maushul tidak bisa berdiri sendiri jika tidak ada shilah maushul. Berikut contoh kalimat maushul yang ada shilah-nya:
مَنْ الَّذِي ضَرَبَ خَالِدًا ؟
Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya yang sudah sempurna karena terdapat shilah maushulnya. Keberadaan shilah maushul sangat penting bagi kalimat yang menggunakan isim maushul.
Baca Juga : Contoh Isim Ghoiru Munshorif
Pembagian Maushul
Maushul terbagi menjadi dua bagian, yakni:
-
Isim Maushul Ismi
Maushul ismi merupakan isim yang akan selalu membutuhkan shilah dan a’id.
Contoh: جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْه, terjemahannya adalah ‘telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
-
Isim Maushul Harfi
Maushul harfi merupakan isim di mana huruf pada shilahnya dita’wili dengan masdar. Terdapat lima macam maushul harfi, yaitu:
- Huruf أنْ(An)
Pembacaan huruf ‘An’ adalah dengan fathah. Huruf ini dapat masuk ke dalam fi’il madli, fi’il amar, dan fi’il mudhori.
- Huruf أَنَّ (Anna)
Contoh pemakaian huruf “anna” pada maushul harfi adalah berada pada Q.S. Al-Ankabũt : 51.
- Huruf كَىْ(Kai)
Huruf ini hanya dapat digunakan dengan fi’il mudhori saja.
- Huruf مَا (Ma)
Huruf “ma” dapat berbentuk masdariyah dharfiyyah dan masdariyah ghairu dharfiyyah.
- Huruf لَوْ (Lau)
Huruf ‘lau’ yang digunakan untuk maushul dapat masuk pada fi’il mudhori dan f’il madli.
Baca Juga : Contoh Isim Nakirah
Bentuk-bentuk Maushul
Terdapat tujuh bentuk isim maushul, yaitu:
-
Bentuk Maushul Mufrad dan Maushul Mutsanna
Mufrad artinya tunggal dan mutsanna artinya ganda. Bentuk maushul ada yang berjenis lelaki الَّذِي dan perempuan الَّتِي, baik ‘aqil maupun ghairu ‘aqil. Apabila kedua bentuk tersebut ditatsniyahkan atau digandakan, maka terdapat huruf yang tidak boleh dibuang yakni huruf Ya’.
Contoh:
- Datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri.
جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ
- Datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri.
جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ
-
Bentuk Maushul Jama’ (Banyak)
Bentuk jama’ maushul berjenis lelaki adalah الألَىatau الَّذِيْنَ. Lafaz tersebut dapat digunakan pada nashab, rofa, dan jarr. Sebagian orang Arab ada yang memakai wawu pada saat mahal rofa dan lafaznya menjadi اَلَّذُوْنَ. Sedangkan lafaz jama’ untuk maushul berjenis perempuan adalah اللاَّتِ atau اللاَّءِ.
-
Bentuk Maushul Mutlak (Umum)
Lafaz isim maushul mutlak adalah مَنْ, مَا ,dan أَلْ. Lafaz tersebut memiliki hukum yang sama dengan maushul pada umumnya. Oleh karena itu, maushul mutlak dapat digunakan untuk perempuan, laki-laki, mufrad, mutsanna, atau jama’.
Baca Juga : Contoh Isim Dhomir
-
Bentuk Maushul Dza
Bentuk maushul dza hampir sama dengan maushul ma, yakni dapat digunakan untuk tunggal, ganda, jamak, laki-laki, dan perempuan.
-
Bentuk Shilah Maushul
Pada umumnya, shilah yang terhubung dengan isim maushul akan terdiri dari jumlah atau shibbul jumlah. Salah satu isim maushul “al” memiliki shilah yang bersifat sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah).
-
Bentuk Maushul Ayyun dan Shilahnya
Hukum isim maushul “ayyun” hampir sama dengan maushul “ma” atau maushul mutlak. Hal tersebut dikarenakan maushul “ayyun” dapat digunakan untuk lelaki, perempuan, tunggal, ganda, dan jamak.
-
Bentuk Pembuangan Shadar Shilah
Pembuangan shadar shilah merupakan pembuangan ‘aid yang telah dijarr-kan oleh kata sifat. Selain itu, ‘aid yang dikhofadkan juga harus dibuang.
Baca Juga : Contoh Isim Ma’rifat
Mempelajari isim maushul tidak sesederhana mempelajari kata hubung dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan maushul dalam bahasa Arab memiliki berbagai macam ketentuan. Salah satu ketentuan yang paling utama adalah adanya shilah maushul. Tanpa adanya shilah maushul, maka kalimat tidak akan memiliki makna yang jelas.