Tere Liye berhasil memberikan sebuah motivasi bagi para wanita yang berusia di atas 30, namun belum juga menikah melalui sebuah novel. Sahabat bisa melihat kupas tuntasnya pada resensi novel Bidadari-bidadari surga berikut ini.
Novel yang sudah diangkat ke layar lebar ini,banyak mendapat tanggapan positif. Mulai dari jalan ceritanya, hingga pesan moral yang ingin disampaikan pengarang lewat tulisannya. Sahabat penasaran?
Table of Contents
Profil Novel Bidadari-bidadari Surga
Bagi yang belum pernah membaca novel karangan Tere Liye, judul ini bisa menjadi salah satu referensi.
- Judul Buku : Bidadari-bidadari Surga
- Penulis : Tere Liye
- Penerbit : Republika
- Tahun Diterbitkan : 2008
- Jumlah Halaman : 368 halaman
- Nomor ISBN : 978-979-1102-26-1
- Desain Cover : Eja-creative14
- Ukuran Buku : 20,5 cm x 13,5 cm
- Cetak : Hingga Cetakan ke 13 pada Februari 2013
Profil Pengarang Bidadari-bidadari Surga
Pecinta novel karya anak negeri, pasti sudah familiar dengan nama Tere Liye. Memang bukan nama sebenarnya melainkan nama pena dari Darwis, seorang pria berusia 42 tahun asal Lahat, Sumatera Selatan.
Dia sudah mulai menerbitkan novel sejak tahun 2005, dengan judul pertamanya yaitu Hafalan Shalat Delisa. Judul ini juga sudah difilmkan beberapa tahun setelah novelnya dirilis.
Jika melihat latar belakangnya, penulis yang juga seorang akuntan ini berasal dari keluarga sederhana di kawasan Lahat. Hobi menulislah, yang membuatnya menjadi dikenal walaupun sampai saat ini lebih familiar dengan nama Tere Liye.
Menyoal jumlah novel, sampai saat ini sudah terbit sekitar 58 buku, dimana beberapa diantaranya sudah diangkat ke layar lebar dan mendapat apresiasi dari insan film dan masyarakat Indonesia.
Sinopsis Bidadari-bidadari Surga
Cerita ini memiliki latar kawasan Lembah Lahambay, tempat dimana sebuah keluarga sederhana tinggal. Ada seorang ibu bernama Lainuri, anak tirinya Laisa dan empat anak kandungnya yaitu Dalimunthe, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta.
Laisa, si kakak tertua merupakan sosok yang sangat sayang pada keluarga terutama semua adiknya. Bahkan dia rela berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas empat SD, agar semua adiknya bisa sekolah setinggi-tingginya.
Dia bekerja membantu Lainuri dengan mengolah gula aren di pagi buta, kemudian lanjut membuat anyaman rotan pada malam hari.
Laisa yang akrab disapa Kak Lais oleh adik-adiknya, terkenal sebagai kakak yang tegas dan pemarah. Saat adik-adiknya masih kecil, sekolah dan membuat pekerjaan rumah akan selalu dipantau. Ketika ada yang malas, maka Kak Lais akan turun tangan.
Namun dibalik semua itu, dia sangat rela berkorban untuk keempat adiknya. Terbukti saat menyelamatkan Ikanuri dan Wibisana dari serangan Siluman Gunung Kendeng, juga ketika si bungsu Yashinta demam dimana dia rela mencari pertolongan hingga daerah yang jauh.
Pengorbanan itu tidak sia-sia karena keempat adik Laisa menjadi orang sukses. Mulai dari Dalimunthe berhasil menjadi profesor Fisika dan dikenal oleh dunia, melalui penemuannya tentang badai elektromagnetik antar galaksi.
Kemudian ada Ikanuri dan Wibisana, yang lebih sering disebut kembar walaupun sebenarnya terpaut jarak satu tahun. Mereka mendirikan bengkel mobil khusus modifikasi, ramai peminat dan akhirnya bisa membangun pabrik spare part kendaraan.
Sementara itu, adik bungsunya berhasil menamatkan S2 di Belanda hingga menjadi salah satu kontributor foto untuk brand ternama dunia.
Laisa, ternyata juga tidak sembarangan, dia berhasil membuat kampungnya menjadi terkenal karena usaha membudidayakan stroberi dengan hasil terbaik dan banyak konsumen.
Tapi, di usianya yang sudah tidak muda Laisa kemudian mendapatkan cobaan bertubi-tubi. Mulai dari, tak mendapat jodoh karena usia sudah masuk kepala empat dan penampilan yang masuk kategori buruk rupa.
Selain itu, dia juga didiagnosa mengidap kanker paru-paru namun tak seorangpun dari adik-adiknya yang diberitahu.
Hingga penghujung usianya, Laisa tetap menjadi perawan dan sempat disebut sebagai bidadari surga.
Unsur Intrinsik Bidadari-bidadari Surga
Sama halnya dengan berbagai novel lainnya, terdapat pula unsur intrinsik dalam buku ini. Melalui resensi novel Bidadari-bidadari Surga, sahabat akan lebih paham apa saja unsur tersebut.
- Tokoh
Ada banyak tokoh yang muncul pada novel Bidadari-bidadari Surga ini, dengan berbagai karakter masing-masing. Sangat menguatkan alur cerota menjadi lebih kuat dan punya ciri khasnya sendiri.
- Laisa : Mandiri, baik hati, rela berkorban, sayang pada keluarga
- Lainuri : Lembut, sabar, penyayang
- Dalimunthe : Pintar, rajin, baik hati, sangat sayang pada Laisa
- Ikanuri : Nakal namun tetap ada sisi baiknya
- Wibisana : Rajin, nakal
- Yashinta : Baik, suka petualangan
- Latar
Latar dari novel ini dibuat sangat jelas, yaitu di sebuah desa di kawasan Lembah Lahambay, dengan pemandangan asri dan alami.
- Sudut Pandang
Mengambil sudut pandang orang ketiga, sehingga penjelasan tentang alur cerita dari awal hingga akhir menjadi lebih jelas.
- Alur
Alurnya masuk kategori campuran. Pada beberapa plot maju, kemudian mundur ke masa lampau dan kembali maju ke masa terkini.
Plus Minus Novel Bidadari-bidadari Surga
Nilai plus dari novel ini adalah, sangat menginspirasi dengan kisah hidup Laisa yang menarik. Lalu, alur ceritanya juga tidak bertele-tele sehingga mudah untuk dipahami bahkan oleh pembaca novel pemula.
Selanjutnya, dialog yang hadir pada alur cerita dibuat sangat berkesan dan kaya akan makna dan pelajaran hidup. Begitu juga dengan kata kiasan yang digunakan, indah dibaca dan memiliki makna mendalam.
Sedangkan nilai minusnya, ketika penulis masuk ke dalam cerita namun di saat tidak tepat bahkan cenderung tidak berhubungan dengan jalan cerita utama. Sehingga sedikit membingungkan.
Bagaimana dengan resensi novel Bidadari-bidadari surga, menarik bukan? Sebagai salah satu buku best seller karya Tere Liye, mungkin sahabat perlu mengoleksinya dan bisa jadi teman menambah wawasan tentang banyak hal.
Baca Juga :