Dalam bahasa Indonesia, fa’il sama dengan subjek atau pelaku dari sebuah pekerjaan. Terdapat pembahasan khusus dan cukup detail dalam bahasa Arab yang dijabarkan melalui ilmu nahwu shorof, baik itu dari segi membaca, pembentukan dan pembagiannya. Penasaran apa saja kaidah, pembagian dan contoh fa’il? Simak pembahasannya di bawah ini.
Table of Contents
Contoh Fa’il Beserta Ketentuannya
Apabila sahabat muslim ingin membentuk sebuah kalimat yang sempurna dan mudah dipahami, maka perlu adanya subjek (fa’il). Nah di bawah ini terdapat beberapa ketentuan yang bisa dijadikan pegangan, apa saja?
Baca Juga : Contoh Fi’il Lazim
-
Fa’il Merupakan Isim yang Marfu’
Apa maksudnya? Dalam ilmu nahwu shorof ada yang dinamakan i’rob (perubahan bunyi kata) yang dibagi menjadi 4 yaitu rofa’, nashob, jer dan jazem. Nah untuk fai’il, ketentuannya adalah isim yang marfu’ (dirofa’kan) yang mempunyai tanda dhommah di akhir kata. Contohnya adalah kalimat نَصَرَ زَيْدٌ مُحَمَّدًا yang artinya Zaid menolong Muhammad.
Coba sahabat muslim perhatikan, kata Zaid berakhiran dhommah dan posisinya sebagai pelaku, sedangkan kata Muhammad bukan sebagai fa’il karena dia manshub (dinashobkan), tandanya adalah huruf fathah. Sampai sini paham kan?
-
Fa’il Harus Diletakkan setelah Fi’il
Apabila isim marfu’ berada di depan atau dengan kata lain sebelum fi’il maka tidak bisa dikatakan fa’il (subjek). Contohnya adalah مُحَمَّدٌ يَكْتُبُ الدَّرْسَ yang artinya Muhammad sedang menulis pelajaran. Nama مُحَمَّدٌ di sini bukanlah fa’il karena posisinya terletak sebelum fi’il.
Lalu di mana fa’ilnya? Yaitu dhomir mustatir (kata ganti) “dia” yang ditandai dengan huruf ya’ pada lafadz يَكْتُبُ .
Baca Juga : Tashrif Fi’il Nahi
-
Fi’il yang Dipakai adalah Fi’il Ma’lum
Apabila terdapat isim marfu’ (nama orang) yang berada setela fi’il majhul, maka tidak bisa dikatakan fa’il. Harus fi’il ma’lum (kata aktif). Contohnya yaitu ضُرِبَ عَلِيٌّ yang artinya Ali dipukul. Kata عَلِيٌّ tidak bisa dikatakan fa’il karena ضُرِبَ merupakan fi’il majhul (kata pasif).
-
Fi’il (Kata Kerja) Harus Berbentuk Mufrod
Bisa dikatakan fa’il apabila fi’il di depannya berbentuk mufrod (kata asli). Belum ada imbuhan atau dimasuki kata ganti apapun. Contohnya adalah kalimat كَتَبَ الْمُسْلِمُ الدَّرْسَ yang artinya seorang muslim itu menulis pelajaran. Atau bisa juga كَتَبَ الْمُسْلِمَانِ الدَّرْس yang artinya dua orang muslim itu menulis pelajaran.
-
Ketentuan Lainnya
Terakhir, yaitu apabila fa’ilnya mudzakkar (laki-laki) maka fi’ilnya mufrod mudzakkar. Sedangkan jika fa’ilnya muannats (perempuan) maka fi’ilnya mufrod muannats. Contohnya adalah شَرِبَ مُحَمَّدٌ اللَّبَنَ yang artinya Muhammad telah minum susu, dan شَرِبَتْ مَرْيَمُ اللَّبَنَ yang artinya Maryam telah minum susu. Imbuhan ta’ di awal kata itu menunjukkan muannats.
Baca Juga : Contoh Fi’il Amr
Pembagian Fa’il
Ternyata fa’il pun ada pembagiannya loh, karena seperti yang sudah disebutkan tadi ada pembahasan khusus untuk memahami subjek dalam tata kalimat bahasa Arab. Dibagi menjadi dua bagian yaitu dhohir dan mudhmar.
Untuk yang pertama yakni fa’il dhohir, yaitu fa’il yang disebutkan langsung dalam sebuah kalimat tanpa ada perantara atau ikatan apapun. Biasanya berbentuk nama atau kata ganti, contohnya adalah Zaid, para siswa, kedua siswa, siswa itu, Ahmad dan lain sebagainya.
Sedangkan yang kedua adalah mudhmar yang apabila diterjemahkan artinya yaitu “yang tersembunyi”. Menurut istilah yaitu lafadz yang menunjukkan kepada kata ganti orang yang sedang berbicara (dhomir mutakallim), yang sedang diajak bicara (dhomir mukhottob) dan dhomir ghoib seperti dia dan mereka. Ini dia penjelasannya:
-
Dhomir Mutakallim
Dibagi menjadi dua yaitu dhomir mutakallim wahdah (kata ganti orang pertama), contohnya adalah فَتَحْــتُ الكِتَابَ yang artinya saya telah membuka kitab. Sedangkan mutakallim ma’al ghoir (kita, kami dll) contohnya adalah فَتَحْــنَا الكِتَابَ yang artinya kita telah membuka kitab.
Baca Juga : Contoh Fi’il Mudhari
-
Dhomir Mukhotob
Yaitu kata ganti lawan bicara, berikut ini beberapa contohnya:
- أنْتَ (Kamu laki-laki) yaitu ذَهَبْــتَ artinya kamu (lk) sudah pergi.
- أنْتِ (Kamu perempuan, contohnya adalah ذَهَبْــتِ yang artinya kamu (pr) sudah pergi.
- أنْتُمَا (Kamu berdua), contohnya yaitu ذَهَبْــتُمَا artinya kamu berdua sudah pergi.
Contoh Lainnya yang Ada di dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang sangat disucikan. Namun apabila ingin belajar lebih jauh tentang maknanya kemudian diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, maka harus benar-benar paham arti dan susunan kalimatnya. Tak terkecuali fa’il (subjek) yang Allah pun juga sudah memberikan contoh, di antaranya adalah:
- Sahabat muslim bisa membuka di surat Yusuf ayat 2 yang berbunyi إذ قال يوسف artinya adalah ketika Yusuf berkata. Yusuf sudah pasti sebagai subjek yang melakukan perbuatan berbicara.
- Bukalah surat Al-Munafiquun ayat 1 yang berbunyi إذ جاءك المنافقون , artinya adalah ketika orang-orang munafik itu datang. Orang munafik sebagai subjek yang melakukan perbuatan datang ke suatu tempat.
- Kemudian ada juga di Al-Qur’an surat Al-Isro’ ayat 23 yang berbunyi و قضي ربك ألا تعبدوا إلا إياه, artinya adalah dan Rabbmu menetapkan janganlah kalian menyembah selain Dia. Rabb sebagai fa’il yang menyuruh para ciptaan-Nya agar tidak mempersekutukan dengan yang lainnya.
Baca Juga : Tashrif Fi’il Majhul
Sekarang sahabat muslim sekalian sudah paham kan bagaimana contoh fa’il baik yang ada di dalam Al-Qur’an atau kalimat sehari-hari beserta kaidah dan pembagiannya? Jika sudah, cobalah untuk membuat struktur kalimat sendiri dengan memperhatikan beberapa penjelasan di atas.