Fi’il merupakan penunjuk makna dari peristiwa atau pekerjaan yang terjadi pada waktu tertentu. Pengertian fi’il hampir sama dengan pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia. Pada ilmu nahwu, fi’il dibagi menjadi tiga macam yakni, fi’il madhi, fi’il mudhari, dan fi’il amar. Pada ulasan kali ini akan dibahas lebih mendalam mengenai fi’il mudhari.
Table of Contents
Pengertian Fi’il Mudhari
Sebelum memahami tentang fi’il mudhari lebih dalam, sebaiknya sahabat muslim paham terlebih dahulu mengenai semua fi’il. Berikut pengertian dari tiga macam fi’il:
Baca Juga : Tashrif Fi’il Majhul
-
Fi’il Madhi
Fi’il madhi memiliki arti kata kerja dalam bentuk lampau atau dalam bahasa inggris disebut dengan past tense. Secara istilah fi’il madhi adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang telah terjadi sebelum pembicara mengungkapkan. Contohnya adalah kata قَرَأَ, yang mempunyai arti “telah membaca”.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh fi’il madhi adalah kata kerjanya menggunakan huruf asli dan biasanya mengandung suara “a”. Hal tersebut dikarenakan fi’il madhi berharokat fathah. Jenis fi’il ini bisa menerima ta’ta’nits sakinah dan ta’fa’il.
-
Fi’il Mudhari
Secara bahasa fi’il ini memiliki arti al-mutasyabih (menyerupai). Fi’il mudhari dikatakan sebagai fi’il yang menyerupai karena mirip isim pada keadaannya yang mu’rab. Sedangkan pengertian mudhari secara istilah merupakan kata kerja yang berguna untuk menunjukkan peristiwa ketika seseorang berbicara atau masa depan.
- Kejadian saat Berlangsung
Mudhari yang membicarakan peristiwa atau kejadian saat berlangsung ditandai dengan adanya lam taukid dan ma nafi.
- Kejadian akan Berlangsung atau Masa Depan
Mudhari yang membicarakan kejadian yang akan berlangsung ditandai dengan adanya bacaan syin, saufa, lan, an, dan in.
Baca Juga : Contoh Isim Mu’rab dan Isim Mabni
Adapun pengertian mudhari menurut ilmu nahwu, yakni:
مَادَلَّ عَلَى حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ وَالْاِسْتِقْبَالَ
Artinya: lafaz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang.
-
Fi’il Amar
Dalam bahasa Indonesia, fi’il amar sama dengan kata perintah. Pengertian fi’il amar secara istilah adalah fi’il yang memuat suatu pekerjaan yang diinginkan oleh pembicara atau perintah dari mutakallim. Perintah tersebut ditujukan kepada mukhatab atau lawan bicara yang ditugaskan untuk melaksanakan perintah.
Ciri-Ciri Fi’il Mudhari
Terdapat empat huruf Mudhara’ah yang menjadi ciri-ciri dari fi’il ini, yakni:
-
Huruf Mudhara’ah Hamzah
Mudhara’ah hamzah merupakan huruf yang digunakan oleh mutakallim atau orang pertama tunggal yang memberi perintah. Contohnya adalah kata “ أَضْرِبُ” yang artinya “aku akan memukul”.
Baca Juga : Huruf Isim Maushul
-
Huruf Mudhara’ah Nun
Mudhara’ah nun adalah huruf yang digunakan oleh mutakallim atau orang pertama jamak. Dalam bahasa Indonesia adalah kata “kami”. Contohnya adalah kata “ نَــضْرِبُ” yang artinya “kami akan memukul”.
-
Huruf Mudhara’ah Ya’
Mudhara’ah ya’ merupakan huruf yang dipakai orang ketiga (ghaib) baik tunggal, ganda, atau jamak. Dalam bahasa Indonesia sama seperti kata mereka dan dia. Contohnya adalah kata “ يــَضْرِبُ” yang memiliki arti “dia akan memukul”.
-
Huruf Mudhara’ah Ta’
Mudhara’ah ta’ adalah huruf yang digunakan oleh mukhatab atau orang kedua, baik laki-laki, perempuan, tunggal, maupun ganda. Contoh: “ تـَـضْرِبُ ”, artinya “Kamu (laki-laki) akan dipukul”.
Hukum Fi’il Mudhari
Hukum mudhari dapat ditinjau dari segi awal dan segi akhir. Jika ditinjau dari segi awal, mudhari wajib didahului dengan satu huruf tambahan berupa alif, ya’, ta’, dan nun. Empat huruf tersebut telah dijelaskan pada ciri-ciri mudhari. Sedangkan hukum mudhari ditinjau dari segi akhirnya adalah sebagai berikut:
Baca Juga : Contoh Isim Isyaroh
-
Fi’il Mudhari yang Mabni
Terdapat dua keadaan pada fi’il mudhari mabni, yakni:
- Mabni dengan Sukun
Dikatakan mabni dengan sukun apabila keadaannya bersambung dengan nun-inats. Contoh mabni dengan sukun adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala. Kata “ يرضعن” bersambung dengan nun-inats, sehingga bisa disebut sebagai mabni dengan sukun.
- Mabni dengan Fathah
Dikatakan mabni dengan fathah adalah pada saat bersambung dengan nun at-taukid. Sahabat muslim semua dapat mengambil contoh yang sama dengan yang sukun, yakni firman Allah. Kata “ نخرجنك” bersambung dengan nun at-taukid, sehingga termasuk ke dalam mabni dengan fathah.
-
Fi’il Mudhari yang Mu’rab
Mudhari yang mu’rab dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu mu’rab dengan menggunakan harokat dan mu’rab dengan memakai huruf. Berikut penjelasan mengenai kedua macam mudhari yang mu’rab:
Baca Juga : Contoh Isim Ghoiru Munshorif
- Mu’rab dengan Harokat
Mu’rab dengan harokat akan terjadi apabila kata atau kalimatnya tidak bersambung dengan waw al-jama’ah, ya’ al-mukhatabah, atau alif al-itsnain. Perhatikan contoh berikut:
يذهبُ – لن يذهبَ – لم يذهبْ
- Mu’rab dengan Huruf
Mu’rab dengan huruf dapat terjadi ketika bersambung dengan waw al-jama’ah, ya’ al-mukhatabah, atau alif al-itsnain. Jadi, mu’rab dengan huruf merupakan kebalikan dari mu’rab dengan harokat. Contohnya adalah sebagai berikut:
يذهبان – يذهبون – تذهبين
Baca Juga : Contoh Isim Nakirah
Sahabat muslim semuanya dapat mengetahui apakah suatu lafaz merupakan mudhari atau bukan adalah dengan melihat tanda huruf mudhara’ah-nya. Selain itu, dapat juga dilihat dari wazan-wazan pada fi’il mudhari. Meskipun kalimat perintah dalam bahasa Indonesia hampir sama dengan mudhari, namun bahasa Arab memiliki ketentuan atau aturan tersendiri.