Resensi Novel Pukat

Posted on

Resensi Novel Pukat

Masih satu sekuel dengan novel Burlian, Tere Liye juga mengangkat sosok Pukat yang tak lain adalah kakak dari Burlian. Melalui resensi novel Pukat berikut ini, banyak pula hal menarik yang bisa dipetik.

Sang penulis, berhasil menempatkan sosok Pukat sebagai tokoh yang unik sekaligus pintar. Banyak pengalaman hidupnya yang bisa dijadikan pelajaran. Seperti apa sinopsis hingga plus minus novel ini?

Profil Novel Pukat

Baca Juga; Resensi Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Buku setebal ratusan halaman ini, terbilang unik. Dari cover saja sudah seperti komik, namun ternyata sebuah novel tanpa gambar. Berikut ini profil lengkap novel yang sudah dicetak beberapa kali ini.

  • Judul : Pukat
  • Penulis : Tere Liye
  • Penerbit : Republika
  • Tahun Diterbitkan : 2010
  • Jumlah Halaman : 352 Halaman
  • Lokasi Diterbitkan : Jakarta Selatan
  • Cetakan Pertama dan Terakhir : 2010 dan 2018

Sinopsis Novel Pukat

Baca Juga; Resensi Novel Burlian

Novel ini menceritakan sekelumit kisah hidup anak bernama Pukat, yang berasal dari keluarga sederhana dengan tiga saudara lainnya, yaitu Ayuk Eli, Amelia, dan Burlian.

Dia merupakan seorang anak yang cerdas dan pintar, bukan saja soal pelajaran di sekolah namun juga dalam hal bergaul bersama teman-temannya di sekolah.

Diawali dengan kisah Pukat, saat naik bis ke kota bersama adiknya Burlian dan bapak untuk bertemu dengan Ko Achan. Bus tersebut harus melalui terowongan yang gelap dan rentan terjadi perampokan.

Pukat membawa kopi dari desa sebagai oleh-oleh untuk Ko Achan, tanpa rasa takut Pukat duduk tenang di atas bis. Berbeda dengan adiknya yang ketakutan akan datangnya perampok.

Ketakutan Burlian akan adanya perampok akhirnya jadi kenyataan, di tengah terowongan bis yang ditumpangi mereka dihadang perampok.

Pukat berhasil menggagalkan upaya perampok, dengan melemparkan bubuk kopi pada sepatu dan celana mereka. Berbekal bubuk itulah, polisi mengidentifikasi perampok saat diperiksa polisi di stasiun kota sebelum semuanya turun.

Ada juga cerita persahabatan antara Pukat dan Raju yang tergolong unik. Walaupun mereka satu sekolah dan bersahabat, namun ternyata juga sering mengolok-olok satu sama lain. Salah satunya tentang shio masing-masing.

Hal itu membuat keduanya tidak bertegur sapa selama beberapa bulan, sampai akhirnya bertemu saat acara Wak Lihan dan mereka kembali berbaikan.

Kemudian ada satu masa, ketika kampung Pukat dilanda banjir lalu dia ingat bahwa Raju berada di kawasan banjir tersebut. Dia berusaha mencari tahu dimana Raju dan keluarga, lalu tersiar kabar bahwa sahabatnya tersebut sudah meninggal dunia.

Kemudian pada satu bagian lain, diceritakan tentang kejujuran Pukat saat berbelanja di warung ketika sang pemilik tidak ada di tempat. Dia mengambil sebuah pulpen lalu meletakkan uang ke dalam kaleng yang disediakan oleh pemilik.

Walaupun cerdas dan pintar, Pukat ternyata juga sering melawan pada orang tuanya. Seperti tidak sarapan sebelum sekolah karena bosan dengan menu yang selalu nasi putih diberi kecap.

Dia juga pernah mangkir dari kerja membantu mamak di ladang kopi, memilih menonton kartun. Hal ini membuat mamak berang dan menghukumnya tidur di luar rumah selama satu malam.

Pukat sempat merasa mamak tak sayang padanya, namun hal itu langsung terbantahkan setelah mamak berusaha merawatnya saat sakit akibat tidur di luar rumah. Sejak itu, Pukat berusaha untuk lebih patuh pada mamak.

Ada teka teki menarik yang disajikan dari cerita ini, dimana pada salah satu plot ketika Pukat sudah dewasa dan menempuh pendidikan di Belanda. Saat mudik ke kampung halaman, dia bertemu kembali dengan Raju yang pernah dikabarkan sudah meninggal saat banjir dulu.

Baca Juga; Resensi Novel Sunset Bersama Rosie

Plus Minus Novel Pukat

Mau tahu apa saja nilai plus dan nilai minus dari novel ini? Sangat banyak dan bisa dijadikan acuan ketika sahabat ingin membaca novelnya. Melalui resensi novel Pukat sahabat akan menemukan jawabannya.

  • Nilai Plus

Beberapa hal menjadi nilai plus dalam alur cerita Pukat, yaitu:

  1. Cocok menjadi bacaan semua umur, mulai dari anak-anak sampai dewasa karena memberikan alur cerita umum dan mudah dipahami
  2. Penggunaan kata-kata sangat tepat untuk penggambaran berbagai hal. Detailnya lengkap sehingga pembaca bisa membayangkan apa yang dideskripsikan penulis.
  3. Ada banyak pesan moral yang ada dalam novel ini, seperti pesan hidup sederhana, kejujuran dalam melakukan semua hal. Begitu juga soal persahabatan, bisa dijaga dengan rasa saling menghargai satu sama lain.

Pesan yang tak kalah penting adalah, menyayangi orangtua karena mereka sudah banyak berkorban dan berjuang demi anak-anaknya.

  1. Sook pukat merupakan anak cerdas, dengan jiwa yang baik. Bisa dijadikan contoh bagi kaum milenial saat ini.
  • Nilai Minus

Satu hal yang cukup mengganggu adalah, penggunaan bahasa Belanda pada salah satu bagian cerita tanpa menghadirkan artinya. Alhasil pembaca jadi bertanya-tanya, apa yang sedang dibicarakan Pukat.

Selain itu, alurnya yang mudah ditebak tentu bagi pengagum novel “berat” tidak akan disukai. Namun untuk anak-anak akan sangat cocok dibacakan.

Baca Juga; Resensi Novel Bidadari-Bidadari Surga

Sekilas Profil Penulis Pukat

Bagi pecinta novel karya anak bangsa, nama Tere Liye pasti sudah tidak asing lagi. Dia adalah seorang penulis dengan ciri khas ada pada tema-tema sosial dan filosofi hidup.

Selalu ada hal menarik bisa dipetik, dari setiap novel besutan pria 42 tahun yang bernama asli Darwis tersebut.

Bahkan beberapa karyanya sudah diangkat menjadi film layar lebar. Sebut saja Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-bidadari Surga, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jika dikalkulasikan, hingga saat ini bapak satu anak ini sudah menulis hingga ratusan buku termasuk novel.

Bagi Sahabat yang ingin memahami makna hidup dan mengajarkan hal positif bagi buah hati tercinta, dengan membaca resensi novel Pukat tentu bisa menyimpulkan bahwa Pukat bisa jadi pilihan bacaan bagus untuk mereka.

Baca Juga; Resensi Novel Kisah Sang Penandai

4.5/5 - (10 votes)